MUHAMMADIYAH sudah memasuki umur ke-111. Sudah lebih dari seabad, dan kini menyongsong abad keduanya. Dalam resepsi miladnya di Yogyakarta November lalu, berbagai terobosan baru pun diluncurkan, utamanya yang menyangkut digitalisasi Muhammadiyah.
Digitalisasi ini didorong oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, yang kini nomenklaturnya bertambah menjadi Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID). Berbagai program dan pengembangannya disusun, untuk menatap era baru Muhammadiyah.
Pun di MPID baik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Program-program dari PP, diturunkan untuk kemudian dilaksanakan di tingkat bawah. Saya untuk pertama kalinya terlibat sebagai Ketua MPI PDM Kota Bontang hingga 2027 mendatang.
Sebagai yang “tiba-tiba” masuk dalam unsur pembantu pimpinan PDM, saya masih harus banyak belajar di persyarikatan terbesar di Indonesia bahkan dunia ini. Beruntungnya, saya mempunyai beberapa sahabat dan dosen yang juga aktif di PP Muhammadiyah. Mereka turut membantu di awal-awal saya diamanahi jabatan ini.
Namun bukan perkara mudah mengelola majelis ini. Setiap anggotanya memiliki kesibukan masing-masing. Namun itu bukan alasan untuk tidak menjalankan program yang telah disusun. Meski semangat naik turun, ajang Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) majelis dan lembaga PWM Kaltim di Samarinda, 25 Desember 2023 lalu jadi ajang recharge semangat.
Di sinilah, saya mendapatkan teman dan relasi baru untuk bersama-sama menghidupkan Muhammadiyah. Khususnya melalui jalur MPID. Bahwa kehadiran majelis ini bersama dengan majelis dan lembaga lainnya punya peran dalam menyebarkan syiar Islam berkemajuan dan mencerahkan.
Berbagai program dari PP dan PWM pun dipresentasikan, untuk kemudian disinkronisasikan dengan program di PDM. Sebut saja pelatihan jurnalistik, pengelolaan media sosial khususnya TikTok, penulisan sejarah Muhammadiyah di daerah, hingga inventarisasi pustakawan sekolah di daerah.
Dua program yang disebut di awal lebih-lebih akan melibatkan anak-anak muda di organisasi otonom. Hal ini selain teknologinya lebih dekat dengan mereka, pun agar syiar dakwahnya juga dapat menyasar ke generasi muda.
Masih banyak lagi program yang telah dirancang hingga 2027 mendatang. Semoga program-program tersebut dapat berjalan, dan semangat untuk hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah tetap tumbuh. Mohon doanya. ***