Kejadian kali ini benar-benar membuka mata saya: betapa pentingnya fitur global positioning system (GPS) di ponsel.
Saya termasuk golongan yang sudah mengaktifkan fitur ini. Bahkan sudah berkali-kali mencobanya, terutama saat saya lupa menaruh ponsel saya. Ataupun saat ponsel milik mertua maupun adik ipar saya hilang, istri saya yang mencobanya.
Namun peristiwa kali ini benar-benar menjadi contoh nyata, ponsel yang hilang bisa benar-benar kembali ke pemiliknya. Contoh itu terjadi di Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Dua pencuri yang apes ini mungkin sedikit gagap teknologi (gaptek). Baru saja mencuri ponsel pintar di kawasan Prangat, Kabupaten Kutai Kartanegara, pencurinya berhasil melacak sampai ke Samarinda, berkat GPS.
Singkat cerita, pemilik ponsel berhasil meringkusnya bersama polisi dan warga sekitar. Dari lima ponsel yang diembat, tiga bisa diamankan. Baca berita selengkapnya di nomorsatukaltim.com.
Ya, ini merupakan salah satu berita yang saya sunting. Sembari menyuntingnya, akhirnya terpikirlah membuat tulisan ini. Hitung-hitung tambah konten, he he.
Baca juga: Sudah Amankah Akunmu?
Kembali ke GPS, disadari atau tidak, nyaris seluruh pabrikan ponsel dunia sudah menanamkan fitur ini di tiap gawai. Pengaktifkan fitur lokasi itu salah satunya. Fungsinya tidak hanya mengetahui secara akurat posisi ponsel kita, namun jika ponsel kita hilang, fitur ini akan terus menyala memberitahukan letaknya secara akurat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pernah mensurvei, sebanyak 66,3 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki ponsel pintar[^1] . Artinya, seharusnya dari 66,3 persen itu mereka memiliki ponsel yang sudah tertanam fitur GPS di dalamnya. Pertanyaannya sekarang, apakah mereka mengaktifkan fitur tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya tidak punya data pastinya. Tapi saya yakin, sebagian besar di antaranya pasti sudah melakukannya. Terutama masyarakat yang sudah well educated, yang memang memahami pentingnya mengaktifkan GPS saat hal tak diinginkan sewaktu-waktu terjadi.
Saya membayangkan, jika seluruh masyarakat sudah diedukasi mengenai hal ini, kasus kejahatan pencurian ponsel mungkin semakin minim terjadi, dan cepat terungkap kepolisian. Pasalnya, pemiliknya saja sudah memegang data lokasi secara akurat letak ponselnya, yang bisa jadi acuan aparat untuk menindaklanjutinya. Tapi itu hanya bayangan saya saja. Namun apa salahnya berangan-angan, kan?
Secanggih-canggihnya teknologi, pasti ada saja yang berusaha menyiasatinya. Apalagi, pelaku kriminal ini juga ikut semakin pintar. Misal dengan mematikan ponsel curiannya, hingga menghapus seluruh sistem di ponsel curiannya agar tak terlacak. Apapun bisa dilakukan. Namun teknologi juga terus berkembang mengimbanginya. Membuat ponsel semakin aman kita miliki.
Dengan semua plus-minus itu, tak ada salahnya berikhtiar. Karena menjaga harta pribadi dari kejahatan juga termasuk ibadah. Tugas kita sekarang, bagaimana mengedukasi orang terdekat. Agar sama-sama aktifkan ponsel pintarnya.
“Bagaimana kalau nanti disadap? Segala aktivitas kita diketahui orang lain?”
Jujur, saya bukan penganut kepercayaan seperti itu. Saya percaya, para perusahaan pabrikan ponsel dan jasa telekomunikasi menjaga privasi konsumennya. Meski potensi kebocoran data itu ada, tapi peluangnya masih bisa dibilang tipis.
Kalau masih percaya yang begitu, ya udah, ponselnya dijual aja, atau disumbangkan agar bermanfaat. Gitu aja kok repot, wk wk. (*)
Sumber:
[^1]: http://indonesiabaik.id/infografis/663-masyarakat-indonesia-memiliki-smartphone-8