Saya tidak akan berbicara tentang Muhammadiyah semasa saya kuliah. Meski saya pernah menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Malang, namun semasa di Bontang inilah gerakan nyata Muhammadiyah sangat terasa.
Apa bedanya? Di Malang, gerakan dan aktivitas Muhammadiyah memang masif dan tampak. Lihat saja mulai dari tingkat pimpinan daerah hingga pimpinan wilayah, mereka semua punya website yang aktif memberitakan segala kegiatannya. Pun dengan organisasi otonomnya, yang digerakkan oleh kader muda Muhammadiyah. Pokoknya bikin kagum.
Di Bontang, pandangan seperti di Malang sempat terbersit. Namun setelah berkecimpung langsung, pandangan itu berubah. Masih sangat sedikit kader muda yang mau urun membesarkan Muhammadiyah. Kalau dihitung, masih dalam hitungan jari. Semua yang mengurusi adalah orang-orang tua.
Meski tak lagi muda, namun semangatnya ternyata tetap membara. Apalagi jika soal umat dan kemajuan Muhammadiyah. Bayangkan, sekira 2 tahun lalu PDM Bontang memulai proyek bernama kebun aren.
Di sebuah lahan yang baru saja dibebaskan, ditanami beberapa varietas tumbuhan produktif. Kelak, kebun ini akan menjadi sumber pendapatan baru bagi Muhammadiyah Bontang.
Tak sampai dua tahun, di area ini pula juga mulai dikembangkan panti asuhan putra. Harapannya, merekalah yang juga turut menjaga dan mengurus kebun tersebut. Selang beberapa waktu kemudian, Gubernur Kaltim sempat mewacanakan menjadikan aren sebagai komoditas yang harus diseriusi. (Baca: https://kaltimprov.go.id/berita/gubernur-pengembangan-komoditi-aren-menjajikan)
Itu baru soal ekonomi umat, yang di Bontang maupun di Kaltim sendiri belum banyak yang melirik, namun di PDM Bontang sudah melakukannya.
Lain lagi soal dakwah dan pendidikan. Hal yang paling sangat saya kagumi adalah kemandiriannya. Bayangkan, setiap ada pengembangan sekolah atau rencana pembangunan masjid, bendahara atau panita proyek selalu woro-woro bantuan iuran anggota. Uniknya, baru 2-3 minggu dibuka, list iuran tersebut sudah ditutup dengan jumlah nominal yang fantastis! Betapa luar biasanya semangat beramal warga Muhammadiyah ini. Dan inilah yang turut membuat saya kagum dan ingin berkecimpung dalam Muhammadiyah.
Publikasi kegiatan-kegiatan seperti ini memang masih kurang di PDM Bontang. Saya memahami, kurangnya anak-anak muda jadi kendala. Namun bukan berarti jadi penghalang untuk terus berbuat memajukan Muhammadiyah. Ini sekaligus jadi autokritik, agar Muhammadiyah terutama di daerah menyeriusi pembentukan kader muda yang potensial. Sebab, merekalah yang akan membawa tongkat estafet kepemimpinan Muhammadiyah, di abad kedua yang akan datang.
Selamat milad ke-107 Muhammadiyah! (*)