MUNGKIN masih ingat dalam ingatan, kala Indonesia lebih dikenal dengan “Wkwkwk” land di luar negeri. Kata “Wkwkwk” adalah ekspresi tertawa lepas yang dituliskan saat sedang chatting, mengirim pesan singkat, maupun menulis status dan membalas komentar di media sosial. Kebiasaan yang entah dari mana datangnya ini akhirnya dikenal di seluruh antero dunia maya.
Jika ada orang yang memperkenalkan diri dari Indonesia di sebuah media sosial yang dipenuhi orang-orang luar negeri, beberapa di antaranya pasti akan menjawab, “Oh, from ‘wkwkwk” land?” Bangsa ini memang gemar tertawa. Segalanya ditertawakan. Mulai yang benar-benar lucu, sampai yang benar-benar tidak lucu, semua bisa jadi bahan tertawaan.
Coba lihat fanspage Kementerian Humor Indonesia di Facebook. Dari data terakhir pada Selasa (23/10/2018), angka penggemarnya mencapai 616.275 akun. Pun yang hanya mengikuti postingannya namun tidak menyukai fanspage-nya, ada 638.520 akun. Angka fantastis justru diperoleh fanspage Meme Comic Indonesia.
Dari data terakhir di waktu yang sama, angka penggemarnya mencapai 5.803.760 akun. Pun yang hanya mengikuti postingannya, ada 5.881.556 akun. Besarnya angka penggemar akun-akun humor tersebut menandakan sesuatu: masyarakat Indonesia butuh hiburan.
Beberapa peristiwa yang sudah berlalu memang menandakan indikasi itu. Kita coba tengok lagi peristiwa teror bom dan penembakan di Thamrin Jakarta pada 2016 lalu. Masyarakat Indonesia sepakat, masyarakat dunia juga sepakat, untuk sama-sama mengutuk aksi teror tersebut.
Namun sejurus kemudian, saat foto yang diduga pelaku teror tersebut beredar di media sosial, tangan-tangan kreatif netizen Indonesia pun ikut “gatal”. Beberapa menit setelahnya, muncul meme yang membuat perut terpingkal-pingkal.
Adegan seperti pelaku yang sebelumnya membawa pistol, diubah menjadi membawa bakul dagangan. Ada pula yang menambahkan adegan bertabrakan dengan Syahrini, ataupun warga yang seolah berswafoto dengan pelaku. Tagar #KamiTidakTakut saat itu pun menjadi trending topic di media sosial baik Facebook maupun Twitter.
Tak hanya berisi doa untuk korban maupun hujatan untuk pelaku, namun lebih didominasi dengan meme-meme yang kocak. Lain lagi dengan peristiwa politik yang saat ini sedang hangat. Meski sebagian meme yang beredar di media sosial berasal dari buzzer yang dimiliki oleh kedua tim sukses calon presiden dan wakil presiden, namun beberapa di antaranya masih tetap membuat gelak tawa.
Seperti contoh meme yang memuat visual Prabowo di panel atas, dan Jokowi di panel bawah. Di panel atas, Prabowo berkata, “Pak, aku ingin jadi presiden”, lengkap dengan foto Prabowo tampak hormat. Kemudian di panel bawah, dengan pose Jokowi tampak serius sembari mengacungkan jari, ia berkata, “Jangan, membangun bangsa itu berat. Biar aku saja! Kamu tak akan kuat.”
Meme ini muncul, usai meme seputar film “Dilan” juga muncul di media sosial. Namun, masih ada meme yang membuat kita tersenyum bangga. Kala foto saat Jokowi dan Prabowo dipeluk erat oleh atlet Pencak Silat di Asian Games beberapa waktu lalu. Foto tersebut kemudian dibumbui dengan teks bertuliskan “Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu.” Meme tersebut akhirnya viral, dan menjadi penyejuk saat suasana politik Indonesia mulai memanas.
Kebiasaan melihat meme ini sudah sering saya lakukan sejak berada di bangku kuliah. Tak hanya lucu, namun terkadang juga memberikan pesan-pesan moral yang kejadiannya bisa sangat dekat dengan kehidupan kita. Namun melihat meme, saya sarankan cukup hanya dilihat seperlunya, dan jangan dianggap terlalu serius. Sebab, jika ternyata meme tersebut mewakili diri anda, bisa-bisa anda panas-dingin dan jadi emosi. Kalau sudah emosi, ya lihat saja meme yang “segar-segar”, wkwkwk. (*)
Artikel ini telah terbit di Bontang Post.